Sabtu, 27 Agustus 2011

TANJUNG PENGEMBALIAN

oleh Mang Isur

Yang aku ingat saat itu badai mengombang ambing perahu yg ku tumpangi sendiri,
di tengah samudera dalam kegelapan malam yang pekat.
Yang aku sadari saat itu aku kehilangan arah mata angin ketika topan mengoyak2 layar yg ku kembangkan seiring dinding perahu yg pecah berbenturan dengan karang ketika aku tak mampu mengendalikan putaran kemudi.

Ku kira saat itu aku kan
binasa,
ku kira saat itu adalah akhir dari cerita perjalananku,
dan ku kira saat itu malaikat maut hanya tinggal berjarak beberapa langkah lagi dari ujung nyawaku.

Aku ketakutan,
aku ketakutan,
dan aku pun ketakuatan di tengah kepasrahan...

Kedua mataku menangap kilatan2 petir bagai berdansa bersama gumpalan awan hitam menarikan tarian2 kematian seperti cahaya ujung pisau tajam yg siap ditancapkan di atas ubun2ku diiringi gelegar guntur yg saling bersahutan seakan2 adalah bunyi genderang kematian yg ditabuh malaikat maut.

Aku ketakutan,
aku ketakutan,
aku pun ketakutan
di tengah kepasrahan...

Jantungku berdegup kencang tak menentu ritmenya, warna kulitku memucat pasi seakan tak ada darah yg mengalir di dalam tubuhku, pandanganku merabun di susul kedua kakiku melemas tak mampu lagi menopang berat tubuhku, dan akhirnya aku pun tak sadarkan diri, tak mampu menghadapi semua ini, tak mampu menaklukan ketakutan perasaanku sendiri, ketakutan akan binasa seorang diri yg mungkin takan ada yg menemukan jasadku setelah ini.
Gelap, gelap dan gelap... Selanjutnya suasana yg aku rasakan memutus ingatan akan kesadaran, dan hingga akhirnya...

Aku siuman, disadarkan oleh sebuah belaian lembut, lembut sekali bagai kelembutan suara seorang pengantin yg membangunkan pasangannya di pagi hari dengan bisikan mesra di daun telinga "bangunlah sayang, ini sudah pagi."
Mungkin seperti itu cahaya mentari membangunkanku, dan memang ketika ku buka mata aku terbangun di pagi hari di sebuah besisir pantai yg berpasirkan halus nan putih.
Angin berhembus tenang memijat2 setiap persendianku yg kesakitan, melemaskan otot2ku yg keram.

Kedua mataku memandang ke sekeliling... Alangkah tenang, indah, damai dan...

Sepertinya aku kenal tempat ini,
sepertinya aku pernah menginjakan kaki di tempat ini.
Ya, aku ingat. Aku ingat sekarang...

Ini adalah besisir di mana aku pertama kali mengenal bagaimana rupa tepi pantai berikut segala pernak-pernik kehidupan dan pelajarannya,
tepi pantai yg jauh di depan sana terbentang samudera luas yg ku jelajahi dan kemudian mengantarkan aku kembali ke tempat ini.

...
 

0 komentar:

Posting Komentar

newer post older post Home