Oleh Indah Wulandari
Perawat Islam Pertama
Sentuhan lembut penuh kemanusiaan menjadi penyemangat para
mujahid yang terluka. Masa-masa peperangan di masa Rasulullah SAW tak hanya
melahirkan para lelaki Muslim yang tangguh, tapi juga seorang mujahidah andal.
Dialah Rufaidah binti Sa’ad. Nama lengkap tokoh ini adalah Rufaidah binti Sa’ad
al-Bani Aslam al-khazraj. Pengabdiannya sangat besar saat perang Badar, Uhud,
dan Khandaq berkobar. Keahlianya di bidang ilmu keperawatan membuat hatinya
terpanggil untuk menjadi sukarelawan bagi korban yang terluka akibat perang.
Dia juga mendirikan rumah sakit lapangan yang amat
membantu para mujahid saat perang.
Semangat Rufaidah membuat Rasulullah SAW pun memerintahkan agar para korban
yang terluka dirawat oleh Rufaidah.
Keahlian Rufaidah menitis dari sang ayah yang berprofesi
sebagai dokter. Sedari kecil dia sering kali membantu merawat orang sakit.
Rufaidah yang tinggal di Madinah ini sebenarnya terlahir dari Yathrib. Dia
termasuk kaum Anshor, golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Di
saat kota Madinah berkembang pesat, dia membangun tenda di luar Mesjid Nabawi.
Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi
perawat. Kelompok ini mengambil peran penting dalam perang Khaibar. Mereka
meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk ikut di garis belakang pertempuran
serta merawat mujahid yang terluka. Tercatat pula dalam sejarah perang Khandaq,
Sa’ad bin Ma’adh yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat oleh
Rufaidah hingga pulih. Momen ini dikenang sebagai awal mula dunia medis dan
dunia keperawatan. Tak hanya merawat orang sakit atau terluka, dia juga menaruh
perhatian pada kegiatan sosial. Dalam hal ini, dia memberi layanan kesehatan
kepada anak yatim dan penderita gangguan jiwa. Layanan ini dilakukan dengan
tulus dan penuh pengabdian.
Perawat Profesional
Menurut Profesor Dr Oman Hasan Kasule Sr dalam karya
tulisnya yang dipersentasikan dalam sebuah forum ilmiah di Brunei Darussalam,
November 1998 silam, Rufaidah adalah perawat profesional pertama di masa
sejarah Islam.
Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama
Hijriyah (abad ke-8 Masehi). Kasule menggambarkannya sebagai perawat teladan,
baik, dan selalu berempati kepada siapa saja yang sedang kesusahan. Rufaidah
juga dikenal sebagai pemimpin, organisator, serta mampu memobilisasi dan
memotivasi orang lain.
Berbekal pengalaman klinisnya yang begitu luas, ia tak segan
membagi ilmu kepada perawat lain. Lebih lanjut, Kasule mengatakan, Rufaidah tak
hanya melaksanakan peran keperawatan dalam aspek klinis, tapi juga melaksanakan
peran komunitas dengan berupaya memecahkan masalah sosial yang berpotensi
memunculkan berbagai macam penyakit.
“Rufaidah adalah perawat kesehatan masyarakat sekaligus
pekerja sosial yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam,”
ujar dia.
Rufaidah menurut Kasule, juga seorang pemimpin dan pencetus
sekolah keperawatan pertama di dunia Islam. Dia juga merupakan penyokong
advokasi mengenai pencegahan penyakit dan pentingnya penyuluhan kesehatan.
Dalam sejarah Islam, tercatat beberapa nama yang bekerja
bersama Rufaidah. Sebut saja misalnya ummu Ammara, Aminah binti Qays
al-Ghifariyat, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Di masa sesudah
Rufaidah, ada pula beberapa perawat muslim yang terkenal sebagai perawat, di
antaranya Ku’ayibat, Aminah binti Qays al-Ghifariyat, Ummu Atiyah
al-Anshariyat, Nusaibat binti Ka’ab al-Maziniyat, dan Zainab. Nama yang disebut
paling akhir adalah ahli dalam penyakit dan bedah mata.
Sumber Republika (Dialog Jum’at), Jum’at 7 Oktober 2011
0 komentar:
Posting Komentar