Sebelum ada madrasah, lembaga pendidikan yang pertama kali
dikenal dalam sejarah Islam adalah mesjid. Ada istilah mesjid jami’
(mesjid besar) yang memiliki beberapa lingkaran studi (halaqah), seperti
dar, bait, dan khizanah. Ketiganya merupakan istilah yang sering
digunakan untuk menyebut perpustakaan. Institusi lain yang mirip dengan
madrasah adalah ribath, khangah, zawiyah, turbah, dan duwairah.
Seluruhnya merupakan model sekolah keagamaan pada abad pertengahan.
Awalnya, proses belajar-mengajar di madrasah dikaitkan
dengan mesjid. Tahap berikutnya, sistem khangah mesjid berkembang
menjadi penginapan para santri. Tahap terakhir adalah pembentukan madrasah
sebagai institusi yang berdiri sendiri. Sebuah madrasah merupakan bangunan yang
digunakan untuk belajar sekaligus tempat tinggal para guru dan murid. Biasanya,
perpustakaan dibangun berdekatan dengan madrasah.
Untuk operasionalnya, madrasah memperoleh subsidi dari
sumber-sumber pendapatan yang permanen, seperti hasil sewa tanah di perkotaan
dalam bentuk wakaf. Dalam rentang waktu yang cukup panjang, terdapat tumpang tindih antara fungsi mesjid dan
madrasah. Mesjid-mesjid tradisional tetap menjadi tempat belajar meski banyak
madrasah telah didirikan.
Sedangkan, istilah madrasah juga berarti ruangan di dalam
mesjid yang dipergunakan untuk belajar mengajar. Di Makkah misalnya, madrasah
dibangun disamping mesjid-mesjid besar.
Di kalangan muslim-muslim India,madrasah-madrasah didirikan
untuk pendidikan tingkat tinggi yang menghasilkan pegawai negeri dan pegawai
kehakiman. Sementara di Indonesia, membicarakan madrasah berarti harus menyebut
pula pondok pesantren, sebuah sistem pendidikan yang umumnya menyebar di
Malaysia, khususnya di daerah Kedah dan Kelantan, juga di Thailand Selatan.
Kata pondok berasal dari bahasa arab, funduq, yang
berarti penginapan. Sedangkan pesantren berasal dari kata santri yang berarti
murid agama. Para santri tinggal di asrama-asrama pondok, memasak makanan dan
mencuci pakaian mereka sendiri. Ada pesantren yang santrinya khusus perempuan
atau laki-laki. Ada pula pesantren yang muridnya terdiri atas laki-laki dan
perempuan, namun tempatnya dipisah.
Di pesantren, terdapat guru utama yang dikenal dengan
sebutan kyai. Para kyai inilah yang memainkan peranan penting dalam
perkembangan dunia pesantren di Indonesia. Biasanya, pesantren mengalami
kemunduran bila kyainya wafat.
Di Singapura, terdapat puluhan sekolah Islam dan madrasah.
Sejak 1971, sekolah ini mengajarkan matematika, sains, dan bahasa Inggris. Para
murid pun diperbolehkan mengambil ujian yang sama dengan siswa-siswa yang
berasal dari sekolah umum.
Madrasah-madrasah ini memiliki hubungan dengan Timur Tengah
dan keberhasilan murid-murid mereka diukur dari diterima atau tidaknya mereka
belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, atau lembaga pendidikan lainya di Timur
Tengah.
Madrasah atau pondok pesantren juga ada di Thailand. Saat
ini, pondok-pondok pesantren di sana ada di bawah kendali negara. Campur tangan
pemerintah yang makin jauh terhadap kurikulum pesantren justru mendorong para
santri belajar ke negara-negara Timur Tengah. Merekalah yang kemudian menjadi
perantara masuknya pengaruh Islam dari luar ke Thailand. ▪ ed:
wachidah handasah
Sumber: Republika (Dialog Umat), Jum’at, 7 Oktober 2011
0 komentar:
Posting Komentar